Evan, Manusia-Manusia Ini Adalah Iblisnya Iblis

Evan, Manusia-Manusia Ini Adalah Iblisnya Iblis


Membaca berita hari ini mengenai tewasnya seorang remaja berusia 16 tahun akibat dilempar geng lawannya dari lantai dua Pasar Pramuka, serta lambatnya penanganan RSCM yang mengatakan bahwa ventilator di ruang ICU kurang, adalah sekelumit kisah kehidupan dan kematian di Jakarta hari ini.

Inilah ibukota negara yang suci. Dimana berketuhanan menjadi dasar nomor satu. Orang-orang teriak kesucian, anti kekotoran, tidak boleh dicemari Lady Gaga. Namun, nurani tidak ada. Di sini, definisi beragama adalah ada tulisan di kolom agama di KTP. Bukan hati yang mencari Tuhan dan berserah padaNya.

Orang bisa seenaknya melempar sesamanya dari lantai dua sebuah pasar. Merasa diri memiliki hak untuk mencabut nyawa orang lain. Saya berani menebak: polisi tidak mengirim ambulans. Institusi ini memang tidak terlihat memiliki Standard Operating Prochedure yang mengutamakan reaksi cepat atas pelayanan masyarakat. Sebuah institusi yang lamban bekerja â€" kecuali Densus yang berprestasi itu.

RSCM. Berapa banyak anda dengar komplain mengenai pelayanan rumah sakit satu ini? Kali ini, dalam kasus remaja meninggal tadi, persoalannya adalah tidak ada ventilator. Bagaimana mungkin rumah sakit tidak punya stock cukup? Atau jika rusak, ada spare? Tidak melakukan ISO standard? Ayolah.. ini kan rumah sakit paling terkemuka milik Pemerintah Republik Indonesia. Bukan rumah sakit ecek-ecek.

Persoalannya ada pada masyarakatnya, dari para pejabat hingga masyarakat, mayoritas â€" tidak semua â€" gelap hati. Inilah bangsa yang dinaungi kegelapan. Dimana keserakahan merajalela menggurita mencengkeram. Nurani mati. Apa yang bisa dirampok dari bangsa sendiri dirampok saja. Apa yang bisa dijajah dari bangsa sendiri dijajah saja. Uang menjadi berhala di negara ini â€" jika saya bisa analogikan dengan pemujaan lembu emas â€" masyarakat memuja harta, orang dihargai dari hartanya. Oleh karena itu, harta diraup sebanyak-banyaknya mumpung ada kesempatan, definisi “bukan haknya” diubah sendiri. Bahasa diplintir: kerja kok tidak ada uangnya, ini kan uang lelah, ini kan ucapan terimakasih, ini hak team proyek.

Hey, itu adalah job deskripsi anda sebagai pejabat, menjadi bagian dari sebuah proyek, namun 1%-43% budget proyek bukanlah hak anak istri, selingkuhan maupun partai anda.

Semua dilakukan dengan dasar gelap hati. Bekerja di rumah sakit tanpa nurani. Yang penting kerja, dapat gaji. Standard Operating Prochedure itu bukan urusan saya. Orang mati itu biasa. Okay, itu urusan pejabat yang berwenang. Dimana orangnya? Entahlah, kita bisa lihat kualitas kerja orang-orang ini dari apa yang terjadi di rumah sakit ini. Perikemanusiaan tereduksi. Padahal ini pekerjaan yang bersinggungan dengan nyawa orang.

Demikian juga polisi, ah, itu saya tidak akan tulis lagi. Yang penting dirinya dan keluarganya terjamin. Masyarakat? Emang gue pikirin.. Di Den Haag, saya melihat seorang pengendara motor duduk di trotoar, habis tertabrak mobil. Mobil penabraknya ada dekat situ. Mereka dirubung 3 mobil polisi, dan sebuah ambulans mendatangi. Prosedur standard di negara tersebut adalah, korban dibawa secepatnya ke rumah sakit, jika ambulance tidak available, maka digunakan helicopter, diberi pengobatan, dan sediakan psikiater oleh pemerintah. Mengapa demikian? Karena System Operating Prochedure nya memang dibuat atas dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Kaya miskin, perlakuannya demikian.

Tidak seperti disini. Kecelakaan motor, pengendara mobilnya bisa digebuki massa, sukur-sukur polisi datang , korban diangkut pakai taksi yang dia bayar sendiri, padahal dia sudah terluka parah. Tidak ada ambulans, apalagi psikiater yang dibayari negara. Masuk rumah sakit pemerintah, tunggu uang muka dari keluarga. Sebuah Prosedur Standard yang didasari oleh kemanusiaan yang tidak adil dan tidak beradab.

Bagaimana dengan tilang? Mudah, polisi membawa sebuah alat kecil yang mengeluarkan print out struk denda tilang bagi pengendara. Sementara alat tersebut terhubung dengan kantor pusat, sehingga apa yang tertera di struk tilang, sama dengan yang ada di database kantor pusat. Teman saya di Jakarta kena tilang, karena sempat berdebat dengan polisinya sehubungan dia minta ditilang tapi polisinya minta damai, maka saat sidang tilang, teman saya mendapati bahwa jumlah pelanggarannya bertambah, tidak sesuai dengan pelanggaran yang dia lakukan. Bagaimana polisi bisa bertindak seperti itu? 1. Karena tidak punya nurani. 2. Karena tidak ada System Operating Prochedure yang ketat. 3. Karena memang SENGAJA tidak dibuat system yang menutup celah-celah korupsi.

Inilah gelapnya hati masyarakat di negara ini: pembiaran celah celah korupsi. Mulai dari system komputerisasi institusi, undang-undang, hingga brutalisme warga.

Manusia, pada dasarnya adalah mahluk yang paling sempurna. Lebih sempurna dari segala ciptaan Tuhan. Dengan demikian, kita lebih sempurna dari iblis. Bagaimana manusia merancangkan kejahatan, pada dasarnya memiliki kesempurnaan yang lebih tinggi dibandingkan iblis. Iblis biasanya hanya menggoda iman, tapi manusia, kitalah iblis nya iblis. Ahli dalam segala kengerian rancangan kejahatan. Sudah jahatnya melebihi iblis, masih pula mendasari diri dengan: 1. Ketuhanan Yang Maha Esa.

PS: Turut berduka cita bagi keluarga Evan, remaja yang tewas itu. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan.

- Esther Wijayanti -

Artikel Terkait

Copyright 2011 ISENG ISENG BACA