Siapa yang tak kenal dengan Sir Alex Ferguson? Sosok manajer Manchester United dan paling sepuh di kancah Liga Premier ini dinobatkan sebagai manajer paling sukses se-Britania Raya melampaui
legenda Sir Matt Busby. Gelar yang diraih MU di musim lalu merupakan gelar ke-19 premiershipsepanjang sejarah atau unggul satu trofi dibanding torehan musuh bebuyutan Liverpool.Total jenderal, sejak 1986 datang ke Old Trafford, Ferguson mempersembahkan 36 gelar, 11 di antaranya di ajang Liga Premier dan dua di ajang Liga Champions plus dua kali trofi juara dunia antar klub, Intercontinental (1999) dan versi FIFA (2008). Ditambah 11 gelar yang diraihnya saat melatih di Liga Skotlandia (St Mirren dan Aberdeen), maka sepanjang karier kepelatihannya Ferguson telah meraih 47 gelar!
Karena itulah, atas dedikasi dan kontribusinya terhadap persepakbolaan Britania Raya yang dipandang luar biasa, Ferguson, 69 tahun, bakal menerima gelar doktor kehormatan dari Universitas Stirling, Skotlandia. Di mata universitas tersebut, Ferguson dinilai telah membuat perbedaan yang luar biasa dalam bidang keolahragaan (sepakbola) dan arena publik.
Rencananya, pemberian doktor honoris causa bagi Ferguson akan diserahkan langsung oleh Rektor Universitas Stirling James Naughtie. Acara seremoni itu sendiri berlangsung dalam dua hari, Rabu dan Kamis (30/6).
Kembalinya Ferguson ke Skotlandia, tepatnya Stirling, merupakan jejak napak tilas. Pasalnya, Ferguson yang lahir di Glasgow memulai karier kepelatihannya menjadi manajer East Stirlingshire pada Juni 1974. Ketika itu, Ferguson yang masih berusia 32 tahun digaji 40 pound per minggunya. Empat bulan kemudian, Ferguson direkrut St Mirren yang diantarkannya menjadi jawara Liga Premier Skotlandia pada musim 1976-1977.
Pada Juni 1978, Ferguson ditarik Aberdeen. Selama sewindu bermukim di Pittodrie Stadium, Ferguson tercatat mempersembahkan 10 gelar bagi The Dons, julukan Aberdeen, termasuk trofi UEFA Cup Winners Cup 1982-1983 dan UEFA Super Cup 1983. Pada 6 November 1986, Ferguson resmi ditunjuk menangani The Red Devils yang saat itu sedang terpuruk di dasar klasemen.