Diketahui, banyak mikroba memakai senyawa sulfur untuk menghasilkan energi, persis seperti cara manusia menghasilkan energi dengan bantuan oksigen.
Hu membuat simulasi guna meyakinkan orang terhadap pendapatnya. Ia membuat sebuah model planet yang berada di zona layak huni di sistem bintang mirip Matahari. Planet itu kaya nitrogen seperti Bumi, tetapi memiliki kandungan sulfur 1.000 kali lebih besar dari Bumi.
Menurut Hu, kehidupan berbasis sulfur di permukaan planet mengeluarkan sisa gas hidrogen sulfida (H2S). "Hidrogen sulfida dari permukaan punya dampak besar pada komposisi atmosfer suatu planet," kata Hu seperti dikutip Physorg.
Jika atmosfer suatu planet memiliki kadar H2S yang tinggi, maka bisa jadi planet tersebut memiliki kehidupan. H2S memang sulit dideteksi oleh astronom. Namun, H2S berlebih menyebabkan banyaknya sulfur aerosol yang bisa dideteksi dengan inframerah atau cahaya tampak.
Meski pendapat Hu masuk akal, fakta membuktikan bahwa hingga saat ini belum ditemukan planet ekstra surya (di luar tata surya) yang berpenghuni di sistem bintang yang mirip dengan Matahari. Dengan demikian, pendapat Hu masih perlu dikaji.
Hu sendiri memperingatkan bahwa sulfur belum tentu menjadi tanda kehidupan. Bisa saja sulfur tersebut adalah hasil dari aktivitas vulkanik di planet tertentu. "Kami masih harus mengkaji asumsi ini secara menyeluruh," kata Hu.
Menurut Hu, H2S juga bukan satu-satunya gas yang bisa menjadi tanda kehidupan. "Kami ingin melihat sebanyak mungkin gas yang ada di atmosfer Bumi dan mengkaji apakah gas itu bisa menjadi penanda kehidupan," urai Hu. Hu melakukan eksperimennya kali ini bersama rekannya, Sara Seager dan William Baines.
Sumber :
kompas.com