Peneliti bidang matahari dan antariksa Lapan-Bandung, Abdul Rachman, mengatakan ketika dipantau (rukyah) pada 29 Ramadan posisi bulan masih rendah. Ketinggiannya di bawah dua derajat. “Biasanya yang dipakai tinggi minimal dua derajat, sama seperti syarat di astronomi begitu,“ katanya, Selasa 22 Agustus 2011.
Evan Irawan Akbar, juru bicara Observatorium Bosscha, menambahkan sangat sulit melihat kemunculan bulan baru yang posisinya sangat dekat dengan matahari saat terbenam. Kondisi tersebut kadang menimbulkan pandangan lain. “Cahaya bulan baru berbentuk sabit itu tipis sekali,” ujarnya.
Walau begitu, berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, kata Abdul Rachman tetap ada saja pemantau yang bisa melihat munculnya bulan baru walau tingginya di bawah dua derajat. Kemungkinan yang dilihat itu misalnya Planet Venus, atau cahaya matahari yang melewati celah awan. Berdasarkan perhitungan hasil simulasi, ketinggian bulan di Indonesia rata-rata berkisar 10-14 derajat pada 30 Ramadan petang.