Onstott mengaku terkejut dan tak menyangka menemukan cacing di kedalaman tersebut. "Menakutkan setengah mati ketika pertama kali melihat cacing itu bergerak. Cacing itu terlihat seperti benda hitam kecil yang bergerak berputar-putar," ungkap Onstott seperti dikutip Dailymail.
Sebelumnya, banyak ilmuwan mengira bahwa hanya mikroorganisme yang mampu hidup pada kedalaman tersebut. Sebabnya, oksigen dan nutrisi yang terbatas serta temperatur yang ekstrem. Namun, dengan penemuan ini, Onstott membuktikan bahwa organisme multiselular pun bisa hidup di lingkungan itu.
Dalam publikasinya di jurnal Nature, Rabu (1/6/11), Onstott menguraikan bahwa Halicephalobus mephisto masuk dalam filum Nematoda.
Ia memiliki ukuran kecil, sekitar 0,55 mm serta bisa menoleransi temperatur hingga lebih dari 48 derajat celsius. Cara bereproduksi ialah secara aseksual (tanpa kawin) dan memilih makanan bakteri di bawah permukaan tanah.
Analisa karbon menunjukkan bahwa air pada lapisan tempat spesies cacing itu ditemukan berusia 3.000-12.000 tahun. Dipercaya bahwa spesies cacing itu mulanya hidup di permukaan, namun dibawa ke lapisan bawah oleh air hujan masa lalu. Cacing ini mirip dengan cacing yang membusukkan buah dan mungkin memiliki kekerabatan dengannya.
Penemuan ini bisa menunjukkan bahwa lingkungan bawah tanah ternyata lebih kompleks dari yang diduga. Penemuan makhluk multiselular ini juga memberi implikasi penting bagi pencarian makhluk hidup bawah tanah di planet lain di Tata Surya.
Selain menemukan Halicephalobus mephisto, Onstott dan rekannya juga menemukan cacing lain, di antaranya Plectus aquatilis.
Sumber :
sains.kompas.com